Catatan Dosen Muda

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Hari ini, 29 November 2017 di sebuah hotel kawasan BSD, ku awali pagi dengan senyuman hangat yang kala itu kudapat sejak kemarin ketika akhirnya, Ayah Ibu datang ke Jakarta spesial untuk menghadiri wisuda ku hari ini. Aku bangun sejak pukul 4.30 pagi untuk bersiap-siap mengenakan "kebaya 2015" dan toga yang sudah di setrika rapih. Sedikit mengoleskan make up tanpa bulu mata palsu. Kemudian ku nikmati sepotong roti untuk sedikit memberikan energi selama wisuda berlangsung. Akhirnya kami pun berangkat menuju tempat wisuda di ICE BSD City yang berjarak sekitar 3 km dari hotel tempat kami menginap. Hanya perlu waktu kurang dari 10 menit, kami pun sampai di tujuan.

Jam menunjukkan pukul 7, sudah terlihat banyak calon wisudawan dan para keluarga memenuhi halaman gedung. Terlihat beberapa orang yang masih menunggu kerabat, ada juga yang menyempatkan untuk berfoto dahulu, dan ada juga yang terlihat seperti mencari-cari seseorang di kerumunan. Aku salah satunya. Aku tadinya sudah janjian bertemu di luar gedung dengan beberapa teman-temanku untuk berbarengan masuk ke dalam gedung. Tapi karena saking padat nya, akhirnya kita bertemu di dalam gedung sembari menunggu teman yang lain. Jam berdetak begitu cepat, tepat pukul 8 acara pun dimulai. Rangkaian demi rangkaian acara terlaksana dengan baik. Begitu banyak hiburan yang disajikan oleh panitia acara seperti tarian kebudayaan, nyayian oleh paduan suara dan alunan musik tradisional yang begitu merdu di dengar. Juga hadir co-founder Tokopedia sebagai pembicara dalam acara wisuda. Hingga tibalah pada prosesi puncak wisuda yang dengan resmi membuat saya beserta teman-teman magister lainnya menyandang gelar Master. Alhamdulillah...

Jam 12, acara pun selesai. Aku pun berkumpul dengan beberapa teman magister komunikasi untuk berfoto bersama. Kemudian keluar gedung untuk bertemu keluarga yang sudah setia menunggu sejak pagi hari. Ku dapat 2 buket bunga dan bunga coklat dari Ayah Ibu Abang Kakak dan Rasya serta selempang wisuda spesial dari Adikku Tika yang tidak bisa hadir. Terimakasih Tika. I love you :) Tak lupa pula berfoto bersama keluarga menjadi akhir cerita bahagia ku pada hari ini.

Selesai sudah kewajibanku menyelesaikan S2 ini. Aku harap ini bisa membuat keluarga, sahabat dan orang-orang disekitar ku bangga. Aku juga berharap ilmu yang ku dapat ini, bisa bermanfaat untuk orang banyak. Sekarang sudah saat nya aku kembali ke kampung halaman. Mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar, membagi ilmu dan membangun harapan-harapan baru. Terimakasih kepada teman-teman S2 ku yang paling setia menemani hari-hari ku selama di Jakarta, teruntuk Mamih Nurul, Yessi, Kiki, Oci dan Nuke dan teman-teman S2 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk kenangan-kenangan manis yang di berikan.

Assalamu'alaikum..

Holaa...

This is the best day ever! Semula udah agak kecewa, sedih, pasrah dan udah menyerahkan semuanya ke Allah dikarenakan wisuda yang di undur ke tanggal 29 November sedangkan Ayah Ibu udah beli tiket pesawat dan hotel di tanggal 4 November untuk wisuda tanggal 8 November yang akhirnya berujung pada kesimpulan bahwa mungkin Ayah Ibu ngga akan menghadiri wisuda ku di tanggal 29 November besok. Mereka udah kecewa apalagi udah terlanjur ajuin surat cuti kerja. Akhirnya menyusun rencana yang akan menghadiri wisuda adalah Abang dan Kak Ipar ku. Raut wajah emang ngga bisa bohong. Sedih banget ketika kedua orang tua ngga bisa lihat anaknya wisuda untuk kedua kalinya. Apalagi ini adalah wisuda yang penuh dengan perjuangan di ibukota (oke agak lebay..) Tapi ternyata....

Alhamdulillah They're coming!

Ternyata dapat kabar kalo Ayah Ibu bakal datang tanggal 28 November hari ini. Karena ngga percaya, aku minta ayah untuk fotoin E-ticket and Whaaatt!! Mereka ngga bohong dan benar-benar akan datang untuk menghadiri wisuda ku besok. Satu kata untuk melukiskan perasaan ku saat ini, BAHAGIA! Pas aku tanya ke Ibu, kenapa akhirnya datang bu? Beliau jawab "Temen-temen kantor Ibu pada nyuruh Ayah Ibu pergi. Masa anaknya wisuda, orang tuanya ngga datang sih. Kasihan lah Icha..." Jadi sebenarnya, banyak hikmah yang bisa di ambil atas di undurnya jadwal wisuda ini. Satu, aku jadi lebih dekat dengan Sang Pembolak-balikan Hati artinya, kalo kita serahin semua nya ke Allah, justru Allah kasih yang lebih dari pada ekspektasi kita. Kedua, Ayah Ibu benar-benar ngga tega ngeliat anaknya wisuda tanpa kehadiran mereka dan akhirnya memutuskan untuk datang dan Ketiga, kita akan tahu siapa teman-teman di samping Ayah Ibu yang benar-benar tulus dan peduli dengan mereka.

Menyambut Ayah Ibu di Bandara

Akhirnya aku pun pergi untuk menjemput mereka di bandara. Pesawat di jadwalkan mendarat dari Medan ke Jakarta pukul 11.55. Berhubung dari rumah ke bandara lumayan jauh, aku pun berangkat jam 11 bersama Kak April dan Rasya. Sampai di bandara, ku sambut Ayah Ibu di pintu keluar bandara dengan senyuman lebar. Lalu kami pun segera menuju hotel daerah BSD tempat kami menginap. Sengaja nginap di dekat tempat wisuda biar ngga telat. Tau lah yaa kalo macet nya ibukota ini ngga bisa di prediksi. Apalagi besok jam 7.30 pagi sudah harus di lokasi wisuda tepatnya di ICE BSD City yang jaraknya kurang lebih 3 km dari hotel. Setelah melepas lelah di hotel, kita pun pergi menuju AEON Mall, tempat yang wajib di kunjungi kalo ke daerah BSD. Opung nya Rasya (Ayah aku) lagi pengen lihat cucu nya potong rambut. Akhirnya singgahlah kita di salah satu tempat potong rambut anak-anak di lantai 2 AEON Mall. Anak-anak mah gitu ya..ngga bisa lihat banyak mainan dikit, langsung heboh dan senangnya bukan main jadi pas rambutnya di potong, Rasya nya ngga rewel deh. Selesai dari situ dan perut pun sudah kenyang, kita akhirnya kembali ke hotel.

Muka-muka laper

Rasya lagi potong rambut

Ngga sabar untuk menunggu hari esok. Kira-kira gimana cerita-cerita di hari H wisuda? Tunggu tulisanku selanjutnya ya..

See you :)

Assalamu'alaikum..

Holaaa!

Kali ini aku mau ceritain tentang prosesi yang paling di tunggu-tunggu dan puncak dari kelulusan di S2 Mercu Buana. Setelah melewati lika-liku dan drama-drama ala sinetron, akhirnya..Aku akan di wisuda!! Yipii! Well, tapi tulisan kali ini aku mau bikin jadi 2 bagian. Bagian pertama aku akan cerita tentang "Menuju Wisuda" dan nanti bagian kedua aku akan ceritain tentang peristiwa-peristiwa di hari H wisuda. Cukup adil yaa biar ngga panjang-panjang banget nyeritainnya. Takut blog aku jebol (alesan!). So, di bagian pertama ini, aku mau sharing dulu nih tentang gimana sih alur pendaftaran wisuda nya? Soalnya beberapa teman aku juga banyak yang bingung bahkan termasuk aku sendiri yang pada saat itu justru kebanyakan bolak baliknya. Nah, jadi ngga ada salahnya kan kalo aku bantu cerita disini biar kalian yang mungkin anak Mercu Buana yang jadi pembaca blog aku lebih mudah mengerti alur pendaftaran wisuda disana.

Firstly, Tanggal 29 Juli 2017, aku datang pagi-pagi saat itu ke BAPA kampus menanyakan cara pendaftaran wisuda. Lalu dapatlah formulir pendaftaran wisuda. Setelah mengisi form, ternyata ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Sebelumnya, aku memang sudah menyiapkan syarat-syarat yang di butuhkan. Adapun syarat-syarat pendaftaran wisuda di Mercu Buana antara lain :

• Bukti Pembayaran Wisuda
• Bukti telah menyerahkan Laporan Tugas Akhir/Tesis ke TU dan Perpustakaan
• Bukti telah menyerahkan sumbangan buku
• Rekap Laporan Keuangan (Untuk kelas Reguler 2)
• Form Alumni dari UMB Career Centre
• Pas Foto Terbaru Ukuran 3x4 dan 4x6 masing-masing 4 lembar
• Mengirimkan File Scan KTP  ke email BAPA

Karena diharuskan membayar uang pendaftaran wisuda terlebih dahulu, aku pun langsung meluncur ke Bank BNI kampus dan ngga perlu ngantri lama, didapatlah kuitansi pembayaran yang gunanya untuk dilampirkan sebagai berkas pendaftaran wisuda. Setelah itu aku ke bagian UMB Career Centre untuk mengisi form alumni. Nah karena emang aku ngga tau tempatnya, akhirnya menghabiskan waktu 10 menit muter-muter buat nanya dimana tempat ini. Maklum seringnya mangkal di Gedung Tower doang. Hahaha. Well, hanya perlu 10 menit juga untuk mengisi form ini kemudian petugas akan memverifikasi jika form sudah terisi dengan benar dengan memberikan surat keterangan yang juga akan dilampirkan sebagai berkas pendaftaran. Selanjutnya aku ke BAK alias bagian administrasi keuangan untuk meminta rekapan laporan keuangan dari semester awal sampai akhir. Oh iya, untuk Bukti telah menyerahkan tesis ke TU dan perpus serta Bukti telah menyerahkan sumbangan buku udah aku siapin jauh-jauh hari karena itu form semua emang harus di sediakan setelah tesis rampung dan di hardcover. Jadi emang udah alur nya. Nanti akan di arahkan oleh bagian TU kok.

Lalu, setelah merapihkan berkas dan menyerahkan ke petugas di BAPA, didapatlah nomer urut wisuda dan 2 form pendaftaran (warna merah dan biru) yang nantinya  untuk mengambil undangan dan toga. Jangan lupa juga untuk mengirimkan scan KTP ke email BAPA kampus. Kayaknya sih ini penting. Oke! Tanggal 18 November pun tiba, hari pertama mengambil undangan dan toga. Pertama aku ke BAPA untuk ambil undangan dan ijazah/transkrip asli. Tapi berhubung ijazah/transkrip asli udah aku ambil jauh sebelumnya, di dapatlah undangan beserta name tag. Nah undangan ini hanya untuk 2 orang saja. Tadi nya Ayah Ibu yang akan datang, tapi karena wisuda di undur...Yah kita lihat saja nanti :'(

Undangan dan Toga Wisuda

Selanjutnya aku ke bagian TU Pascasarjana di Gedung Tower Lantai 2. Pas nyampe disana, yang ambil toga baru 2 orang doang. Emang ngga salah deh datang pagi-pagi. Hahaha. Aku pun menyerahkan lembar pendaftaran wisuda yang berwarna merah dan kemudian memilih ukuran toga serta menuliskan bukti pengambilan toga. Lalu selesailah semua urusan ambil toga dan undangan tinggal menunggu hari H wisuda.

Melegalisir Ijazah/Transkrip ke TU Pascasarjana

Oh iya, aku saranin buat kalian yang kebetulan tinggalnya jauh dari kampus ataupun kota Jakarta, setelah ambil ijazah/transkrip asli, langsung aja fotokopi untuk di legalisir. Dari kampus hanya memperbolehkan masing-masing 10 lembar untuk meleges ijazah/transkrip dan dikenakan biaya administrasi serta bisa di ambil seminggu kemudian. Silakan tanyakan langsung ke bagian TU masing-masing untuk keterangan lebih lanjut.

Sekian dulu cerita menuju wisudanya ya..
Kita tunggu gimana serunya hari H wisuda tanggal 29 November 2017

See You :)

Assalamu'alaikum..

Ada ngga diantara kalian yang saat ini sedang atau pernah merantau? Entah itu sekolah di luar kota/negeri, bekerja diluar kota/negeri atau hanya sekedar travelling bareng teman-teman? Lalu ada kah diantara kalian yang dari dulu sampai sekarang tinggal bersama orang tua, dari pagi sampai malam pasti liat orang tua, kesana kemari bareng orang tua, bahkan lebih banyak waktu kalian habiskan dengan orang tua dibanding dengan teman2 mu?

Aku mungkin satu diantara sekian ratus ribu manusia di dunia yang seperti itu dan pernah mengalami hal itu. Pertama kalinya aku pernah merantau adalah ketika tahun 2013. Saat itu aku yang tengah menempu studi S1, di wajibkan untuk magang dan terpilihlah stasiun Trans TV dimana akhirnya mengharuskan aku pergi ke Jakarta. Selama 3 bulan lebih aku rasakan gimana rasanya jauh dari orang tua. Ya! Setelah hampir 20 tahun aku ngga pernah pergi jauh tanpa mereka, disitu baru aku rasakan gimana enak dan ngga enaknya hidup jauh dari orang tua. Tapi dari situlah keinginan untuk merantau lagi muncul dan semakin menggebu (maklum masih kemarok). Lalu akhirnya pada tahun 2015, kembali ku rasakan pengalaman merantau. Kali ini ngga tanggung-tanggung. 2 tahun lebih aku jauh dari orang tua untuk tinggal di Ciputat karena aku yang kebetulan mengambil kuliah lagi di Magister Komunikasi Mercu Buana. Pergi kesana kemari sendiri. Kadang mau ke suatu tempat pun harus dari satu halte busway ke halte lainnya. Jalan berkilo-kilo meter jauhnya. Belum lagi berhemat demi memenuhi kebutuhan hidup. Berusaha nyari-nyari kerjaan walau akhirnya ngga dapat-dapat.

Sebagian anak-anak mungkin mengatakan ngga enak jauh dari orang tua karena hidup jadi lebih boros. Mau beli ini itu harus mikir makan buat besok. Kebutuhan lainnya yang biasanya dibeli orang tua, ini harus beli sendiri. Kadang mikir buat keinginan-keinginan kecil yang biasanya selalu dipenuhi orang tua. Berusaha hidup mandiri tapi tetap saja bayang-bayang enaknya semua hal dipenuhi orang tua itu lebih besar.

Ada juga sebagian anak-anak lainnya yang mengatakan keinginan merasakan kebebasan dalam segala hal tanpa pantauan orang tua merupakan alasan merantau. Seperti aku yang pernah merasakannya. Tapi itu cuma sebentar. Kenapa? Karena ada pikiran "Apakah alasan aku kuliah lagi di Jakarta adalah untuk jauh dari orang tua supaya lebih bebas?" Pertanyaan itu terus muncul di kepala ku. Tapi Tidak!!! Akhirnya aku sadari memang jauh dari orang tua itu engga enak! Kita memang berasa bebas. Bebas pergi kemana saja, bebas pulang malam, bebas makan apa aja yang kita mau. Tapi apa kata "bebas" itu mampu menutupi rasa betapa khawatir nya orang tua kita di sana, betapa rindu nya mereka dengan kita, betapa kesepiannya mereka tanpa kita? Memang orang tua tidak akan pernah ngomong langsung bagaimana perasaan mereka. Kita lah sebagai anak yang harus lebih memahami mereka. Kita Egois! Kalo kita hanya mau kebebasan tanpa memikirkan perasaan mereka.

Dan itulah yang akhirnya membuat aku dengan mantab memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Medan. Kesan pertama yang terlintas dikepala ku saat memutuskan balik ke Medan adalah "ah segitu doang mental mu cha?", "Manja banget sih! Harus dekat orang tua terus!", "Kapan mau mandirinya cha?" Ya! Kata-kata itu terus menghantui sampai detik ini.  Aku mencoba mengambil sisi positif nya. Mungkin itu hanya bagian dari rasa takut ku ketika balik ke Medan tapi tidak ada yang akan bisa ku lakukan. Takut akan menyusahkan orang tua lagi. Takut akan baliknya rasa tidak mandiri yang sudah ku tempa dalam-dalam sejak merantau dari 2015 silam.

Kemandirian seseorang tidak bisa dilihat dari seberapa bergantungnya ia terhadap orang tua nya. Kita semua, sampai mati pun akan terus bergantung pada kedua orang tua kita. Bahkan anak perempuan sekalipun. Walau saat sudah menikah, ia akan bergantung pada suaminya, tapi jangan pernah sedetikpun ia melupakan orang tua nya. Karena mau sekaya apapun kita, apa yang sudah orang tua berikan ngga akan bisa kita bayar dengan apapun!

Kalo ditanya, mau merantau lagi ngga cha? Dengan lantang akan ku jawab, TIDAK! Alhamdulillah udah bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang. Keterima jadi tenaga pengajar di tempat berguru, serumah dengan orang tua, dekat dengan sahabat-sahabat, dekat dengan surau, kerja part-time di toko nya Ibu, makan masakan Ibu, makan makanan Medan. Itu semua udah lebih dari cukup kok. Ngga berkah hidup kalo ngga ada Ridho orang tua. Ridho orang tua sama dengan Ridho Allah juga. InsyaAllah semuanya dimudahkan kalo kita pegang prinsip ini..

Ciputat, 26 November 2017

Icha

Assalamu'alaikum..

Hari ini aku mau cerita soal pengalaman yang luar biasa yang baru-baru ini terjadi setelah lebih dari 2 tahun sudah ngga pernah mengalaminya. Apaan sih ca? Jadi beberapa waktu yang lalu tiba-tiba dapat Whatsapp dari salah satu teman kuliah S1 dulu namanya Sofi. Dia menawarkan aku untuk jadi Master of Cermony (MC) dalam sebuah acara yang mereka adakan untuk menyambut mahasiswa baru di Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) FISIP USU. Sempat bertanya-tanya kenapa harus aku. Padahal itu kan acara nya MIKOM USU dan aku kan bukan mahasiswa disitu. Tapi karena satu dan lain hal dan aku juga masih kategori alumni S1 disitu, akhirnya aku mau. Waktu itu di kabarinnya H-1 sebelum acara. Itu lah yang membuat aku rada deg-degan karena setelah lebih dari 2 tahun, baru inilah aku dapat job untuk memandu acara lagi. Beneran ngga ada persiapan apapun (nangis di pojokan).

Dulu pas jaman kuliah S1, aku emang sering dipercaya untuk jadi MC di acara-acara kampus. Mungkin karena punya basic penyiar radio kampus selama 3 tahun. Sebuah kesempatan yang berhak di syukuri juga buat aku dan penyiar lainnya yang menempa ilmu di Radio USUKOM. Lulusan dari radio itu hampir semuanya punya pekerjaan atau bakat jadi MC atau jadi penyiar radio komersial atau bahkan jadi presenter TV. Udah terbukti kok. Alhamdulillah...

Nah, karena ga ada persiapan apapun, saat di minta untuk menyamakan busana saat MC dengan tema acara, akhirnya aku pinjam baju nya tante aku yang kebetulan punya baju bertema merah putih karena acara tersebut bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Well, besok nya hari itu pun tiba. Sesuai rundown, acara di mulai jam 9 pagi dan seperti biasa aku pasti datang lebih awal. Para panitia terlihat sibuk mempersiapkan acara yang pada saat itu di adakan di Royal Sumatera. Kaget dan nervous saat tahu yang jadi tamu undangan adalah beberapa dosen aku ketika S1. Dan salah satu nya merupakan dosen pembimbing ku sendiri yaitu Bapak Syafruddin Pohan yang ternyata beliau adalah Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU. Juga ada Ibu Nurbani, ibu dosen kesayangan yang dulu adalah kepala stasiun radio USUKOM.

Acara pun di mulai, aku membuka acara dengan cukup mulus. Yang paling aku suka adalah ketika di kasih cue card dari panitia. Pengalaman dari beberapa acara yang pernah aku pandu, biasanya ngga ada cue cardnya. Jadi MC harus muter-muterin otak untuk bisa mengingat rundown acara, mengingat nama orang penting yang harus di sebutkan dan lain-lain. Cakep dah panitianya! Nah acara Meet & Greet IMAMIKOM dengan tema "Communitalk : Communication is Tolarance, Active, Leadership & Keep in Touch " ini di awali dengan menyanyikan lagu kebangsaan, pembacaan sumpah pemuda dan menyanyikan lagu bangun pemuda pemudi lalu di susul dengan beberapa kata sambutan. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan tiap mahasiswa baru yang jumlah nya kurang lebih 70 orang pada tahun ini. Serangkaian acara yang sudah di siapkan oleh panitia berjalan dengan lancar di bumbui dengan beberapa doorprize yang diikuti semua orang termasuk dosen sekalipun dan games indoor maupun games outdoor. Disela-sela games outdoor, aku menunggu di ruangan sambil ngobrol dengan mantan dospem S1 yaitu Pak Pohan. Mungkin saking lama ga bertemu jadi obrolannya pun panjang sampai ngobrolin tentang banyak hal yang berakhir pada kesimpulan bahwa ternyata memang dunia ini begitu sempit. Beliau juga menyayangkan kenapa aku ngga ambil S2 di FISIP USU saja. Tapi yaa namanya takdir Allah yakan pak :). Terus beliau juga cerita tentang membuka kuliah S3 Ilmu Komunikasi di USU yang direncanakan di buka pada 2018. Tersirat keinginan untuk melanjutkan S3 kalo emang betul dibuka di USU. InsyaAllah...

Setelah games outdoor, juga ada acara syukuran atas keberhasilan Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU mendapat akreditasi A dan juga acara tepung tawar alumni. Lalu tibalah pada acara inti yaitu pemilihan ketua IMAMIKOM yang merupakan ketua organisasi mahasiswa yang bertugas pada periode yang baru. Dan juga ketua IKAMIKOM (ketua alumni). Kemudian acara di tutup dengan kesan-kesan dari para peserta tentang acara yang berlangsung dari pagi hingga pukul 6 sore ini. Juga ada pembagian doorprize utama yaitu sebuah handphone yang menjadi rejeki nya salah satu alumni. Tak lupa pula foto bersama dengan seluruh peserta, panitia, alumni dan tamu undangan. Disitulah aku merangkap sebagai juru foto. Jadi inget FOKUS deh. Dulu nya pernah gabung di komunitas fotografi kampus. Jadi ya gitu deh. Pasti tiap acara kampus, kalo ga jadi MC ya jadi seksi dokumentasi ataupun seksi publikasi. Kita mah fleksibel yaa..

Hal yang aku pelajari dari setiap acara yang aku pandu adalah bagaimana mencairkan suasana. Kadang jokes yang kita lanturkan harus sesuai dengan audiens yang ada. Berhubung kebanyakan peserta adalah orang yang lebih tua dari aku, aku ngga begitu banyak mengeluarkan jokes. Cukup dengan permainan bahasa dan gesture tubuh agar acara tidak terlihat kaku. Panitia-panitia acara tersebut pun ramah dan sangat membantu. Berasa kayak udah kenal lama gitu. Jadi ngga ada rasa awkward atau apapun itu. Thanks yaa panitia yang ngga bisa di sebutkan satu per satu :) Spesial thanks to Sofi yang udah ngasih aku kesempatan luar biasa ini.

Itu cerita ku hari ini. Lumayan panjang juga ya aku nulis postingan kali ini. Ini cerita apa bikin tesis? Hahaha. Well, perlu di garis bawahi bahwa kesempatan itu ngga datang dua kali. Jadi ketika kita di kasih kesempatan dalam hal apapun itu, jangan di sia-sia kan ya :)

See you

Well, Surprisingly aku langsung jatuh cinta pas pertama kali nyoba lipcream yang satu ini. Awalnya cuma iseng doang liat-liat lipcream di salah satu drugstore di Mall Kalibata. Tiba-tiba mata langsung tertuju ke brand Make Over yang sepengetahuan aku emang ngeluarin produk lipcream. Di kenalin lah ama mbak disana produk Intense Matte Lipcream nya. Nah si mbak nya langsung nawarin buat tester. Tapi untuk nomer-nomer baru, mereka ngga punya tester nya. Ngeliat aku agak sedikit kecewa, si mbak malah ngijinin aku buat test dikit ke tangan. Ada beberapa warna yang dia tawarin. Aku sih sebenarnya lebih suka warna yang ngga begitu gelap tapi juga ngga begitu terang. Nah di kasih lah 3 pilihan warna tapi selera emang ngga bisa dibohongin, pilihan langsung jatuh ke nomer 013 Dainity. Berhubung ini pertama kalinya aku nyobain brand Make Over, akhirnya aku cuma beli satu warna hanya untuk sekedar nyoba dulu. Memang kalo soal yang begini itu kadang faktor cocok-cocokan juga. Karena ngga bisa langsung nyoba ke bibir, akhirnya aku beli dulu deh.

Makin penasaran kan tuh. Jadinya langsung aku coba ke bibir. And whaaattt? Aku kaget dengan tekstur nya yang lembut, ngga lengket dan ternyata cepet nyatu di bibir. Terasa ringan banget kayak ngga pake lipstick gitu. Terus ngga sampe 3 menit, pas aku tempelin bibir ke tangan, ngga berbekas dong yaa. Dan demi apa aku suka banget ama warna 013 ini. Cocok di bibir aku apalagi dengan warna kulit aku yang kecoklataan. Packaging nya yang simple dengan berbalut warna serba hitam serta tampilan dalam lipcream ini yang emang cocok dibawa kemana-mana makin buat aku jatuh cinta. Rada nyesel cuma beli satu :'(

Aku beli ini lipcream di drugstore itu seharga Rp. 100.000. Awalnya aku pikir kemahalan kayaknya, tapi setelah nyoba langsung, worth it laa (jempollll). Ini lipcream sepertinya menjadi lipcream yang akan terus stand by di tas. Semoga ngga cepat habisss. Yaa paling ngga bisa di pakai sampai 2 atau 3 bulan kali yaa.. Hahaha. Semogaaaaa.... *the power of calon emak-emak*

Assalamu'alaikum..

Haloo kali ini aku mau review salah satu drama korea yang ditayangkan pada tahun 2017 ini cuma emang sepertinya kurang begitu muncul di permukaan karena ngga sehits drama korea nya SongSong couple. Hahaha. Jadi judul drama nya adalah "Tomorrow With You" yang diperankan oleh Shin Min Ah sebagai Song Ma Rin dan Lee Je Hoon sebagai Yoo So Joon. Pertama kali aku tahu drama korea ini di VIU karena sempat masuk kedalam daftar Favorit Viuers. Pecinta drama korea pastinya udah ngga asing lagi ama aplikasi yang satu ini yang wajib di download di smartphone kalian masing-masing. 

Nah awalnya tuh ragu mau nonton ini, karena aku tuh tipe-tipe orang yang ngga terlalu begitu suka genre fantasi. Tapi mencoba memberanikan diri untuk nonton drama ini. Jadi, drama ini itu menceritakan tentang kisah cinta antara Ma Rin dan So Joon yang bertemu karena takdir. Dan karena takdir itu pula cinta mereka di uji dengan berbagai rentetan peristiwa yang justru mengancam nyawa orang-orang terdekat mereka. So Joon ini adalah seorang CEO sebuah perusahaan agensi yang karena takdir nya itu pula mendapatkan kemampuan untuk menjelajahi waktu ke masa lalu dan ke masa depan. Kemampuan itu ia dapatkan setelah kecelakaan yang menimpa dia dan kedua orang tua nya di stasiun kereta api yang menyebabkan kedua orang tua nya meninggal dunia. Namun lagi-lagi karena takdir, ia justru selamat dari kecelakaan itu bersama dengan Ma Rin dimana inilah awal pertama mereka bertemu. Sejak kecelakaan tersebut, So Joon mulai terbiasa dengan kemampuannya menjelajahi waktu tersebut. Dengan hanya menaiki kereta api bawah tanah, ia mampu berpindah ke masa depan dan masa lalu. Kayaknya seruuu ya bisa punya kemampuan begitu.

Suatu hari dia berusaha menyelamatkan Ma Rin dari kecelakaan mobil. Padahal sebelumnya ia tidak pernah mencampuri urusan orang lain menggunakan kemampuannya tersebut. Namun, sejak peristiwa itu, ia mulai tertarik untuk terus menyelamatkan Ma Rin dari berbagai kecelakaan yang akan di alami nya. Mulai dari sinilah kita akan di ajak berfikir ama yang nulis skenario drama ini. Hahaha. Dengan So Joon yang lebih sering pergi ke masa depan membuat ia semakin penasaran dengan hidupnya. Apalagi pas sekalinya ke masa depan, tau tau dia udah menikah aja ama si Ma Rin. Padahal mereka baru bertemu 3 bulan. Ta'aruf kali ya mereka. hihihi. Karena penasaran dengan masa depannya itu, ia juga semakin sering pergi ke masa lalu untuk mencari tahu kenapa ia bisa menikah dengan Ma Rin secepat itu.Tapi seiring berjalannya waktu, justru keadaan-keadaan yang ada lah yang membuat mereka semakin dekat dan masa depan yang di lihat So Joon tadi emang benar-benar terjadi yaitu mereka menikah setelah 3 bulan lamanya bertemu. Disini banyak banget scene-scene romantis dan bikin baper. Akting dua-duanya patut di puji lah.

Pernikahan mereka berjalan bahagia. Namun Ma Rin masih belum tahu kalo So Joon adalah seorang penjelajah waktu. Dengan keadaan Ma Rin yang tinggal serumah dengan So Joon, Ma Rin mulai banyak menemukan hal-hal aneh seperti peralatan rumah tangga yang belum penah ia lihat sebelumnya dan juga majalah-majalah serta cemilan-cemilan yang So Joon bawa dari masa depan. Hal ini membuat Ma Rin bertanya-tanya dari mana semua barang tersebut bisa So Joon dapatkan. Berbagai alasan di keluarkan oleh So Joon agar Ma Rin tidak curiga. Tapi tetap saja Ma Rin merasa penasaran dan mulai mencari tahu sendiri dan ia pun mulai kecewa saat merasa bahwa ia tidak mengenal suami nya sendiri sedangkan orang-orang di sekitarnya justru lebih mengenal So Joon dari pada dia. So Joon pun memberanikan diri untuk mengatakan bahwa ia adalah seorang penjelajah waktu. Namun Ma Rin justru tidak percaya.

Dengan rentetan peristiwa yang terjadi, mau ga mau memaksa Ma Rin untuk  percaya bahwa So Joon memang penjelajah waktu. Hal ini lah yang mendorong So Joon untuk memberitahu sedikit tentang masa depan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi kepada Ma Rin. Banyaknya peristiwa masa depan yang membuat So Joon penasaran, ia semakin tidak terkontrol untuk terus bolak-balik ke masa lalu dan masa depan untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya. Ma Rin mulai mencemaskan suaminya dan memintanya untuk menghentikan 'kegilaannya' tersebut. Tapi So Joon justru semakin 'gila' untuk terus menjelajahi waktu. Tidak tahan dengan sikap So Joon, akhirnya Ma Rin mulai frustasi dan pergi meninggalkan rumah. So Joon pun berusaha membujuk istrinya untuk kembali namun setelah Ma Rin kembali, ia justru bersikap dingin terhadap istrinya tersebut. Ini ngereview apa nyeritain isi drama ya? Lanjutttt....

Di sisi lain, rekan kerja So Joon yaitu Yong Jin merasa bahwa hidupnya tidak adil. Dia bertanya-tanya bagaiaman seorang So Joon yang lebih muda dari nya bisa mendirikan sebuah perusahaan dan memiliki harta yang berlimpah. Dengan rasa keingintahuannya yang besar, Yong Jin mulai melakukan segala cara untuk mengkhianati perusahaan So Joon bahkan tidak segan-segan ia membunuh orang-orang yang menghalangi rencananya. So Joon pun menfaatkan kemampuannya untuk mencoba menyelamatkan orang-orang yang terancam. Hal inilah yang mengantarkan Yong Jin kepada moment dimana ia akhirnya mengetahui bahwa So Joon bisa menjelajahi waktu. Yong Jin pun semakin menggila saat ia berusaha menculik Ma Rin. Dengan bantuan Doo Shik (orang yang juga punya kemampuan menjelajahi waktu) So Joon meminta ia untuk  menyelamatkan Ma Rin sementara ia menemui Yong Jin di stasiun kereta api. Doo Shik inilah yang awalnya menyuruh So Joon untuk menikahi Ma Rin. Kemudian dalam pertemuan ini di perjalanan kereta menuju masa depan, So Joon terluka di tikam dengan pisau oleh Yong Jin namun ia tiba-tiba menghilang. Selama 2 tahun, So Joon menghilang dari hidup Ma Rin. Dalam masa kini, Ma Rin menjalani hidupnya seperti biasa dan kadang ia sering menjumpai So Joon yang berasal dari masa lalu dan masa depan. Sedangkan di kehidupan masa depan, So Joon ternyata mengalami koma selama 2 tahun. Dan ketika ia sadar dari koma nya, ia sudah menemukan bahwa Ma Rin telah meninggal. Dia berusaha untuk kembali ke masa lalu dimana ia seharusnya tinggal demi menemui Ma Rin. Namun saat ia menaiki kereta, ia kehilangan kemampuan untuk menjelajahi waktu. Berkali-kali ia pergi naik kerta api, ia tetap saja tidak bisa menjelajahi waktu lagi. Ia pun terjebak di kehidupan masa depan. Namun berkat usaha dan kegigihannya, akhirnya ia bisa menjelajahi waktu lagi dan kembali ke masa lalu dimana ia seharusnya tinggal. Nah disini aku agak kurang ngerti kenapa tiba-tiba dia bisa dapat kemampuannya itu lagi padahal kan sudah dicoba berkali-kali.

Setelah kembali ke masa yang saat ini, So Joon pun langsung menemui Ma Rin. Awalnya Ma Rin mengira ia adalah So Joon dari masa lalu, tapi ternyata itu adalah suaminya yang 2 tahun menghilang. So Joon pun menceritakan alasan kenapa ia menghilang. Ending nya itu agak bikin terkejut ketika Ma Rin yang seharusnya meninggal karena kecelakaan malah selamat dari maut ketika Doo Shik yang ternyata adalah ayah kandung Ma Rin mencoba menghalangi laju mobil yang akan menabrak putrinya. Tapi ujung-ujungnya ya tetap happy ending laa. karena sebenarnya drama ini lebih menekankan tentang kisah cinta dan kesetiaan dua pasang sejoli ini. 

Akting Min Ah disini keren abis. Kayaknya semua drama yang ia bintangi pasti cocok ama karakternya dan siapapun pasangannya pasti chemistry nya bagus banget. Kalo akting Je Hoon ngga usah ditanya. Dia berhasil memerankan karakter sang pejelajah waktu dengan baik. Apalagi pas adegan-adengan kocak bersama Min Ah yang bikit kita geregetan.

Buat kalian yang suka nonton drama korea dan belum nonton Tomorrow With You, aku saranin untuk di tonton. Tapi ya itu tadi, kita harus banyak mikir dalam mengkaitkan satu adegan dengan adegan lainnya. Sangat di sayangkan drama dengan 16 episode ini rating nya rendah di saat episode terakhir. Mungkin selera orang yang nonton beda-beda juga kan. Tapi menurut aku seru kok dan pokoknya gemes lah ama couple di drama ini. Hahahaha..

Assalamu'alaikum..

Alhamdulillah hari ini aku bisa nulis lagi. Dan seperti janji aku di postingan sebelumnya, kali ini aku mau cerita soal kisah jatuh bangun dan pasang surut proses menuju sidang meja hijau, pas sidang meja hijaunya, terus pas revisi dan akhirnya bisa daftar wisuda. Firstly, aku udah pernah cerita di postingan sebelumnya tentang tahap awal meraih gelar S2 yaitu seminar proposal yang udah aku lalui pada bulan Februari silam. Dimana saat itu menjadi kado terindah di hari lahir ku pada tahun ini karena aku seminarnya satu hari setelah hari lahir ku. Nah abis seminar, ternyata disitulah kita baru benar-benar di uji dengan segala macem peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman dalam merampungkan sebuah tesis (tugas akhir). Disitu lah baru kita sadari bahwa penelitian S2 itu memang berbeda dengan penelitian ketika S1. Disini kita di tuntut untuk lebih aktif dari pada dosen pembimbing. Kita akan ngerasain ketika pendapat kita bertentangan dengan dosen pembimbing dan ketika dosen pembimbing benar-benar dengan mudahnya mempercayakan isi tesis kita dan tanpa ragu memberikan deadline seketat-ketatnya.

Setelah seminar, aku diminta untuk merevisi dari bab 1 sampai 3 sesuai dengan masukan dari penguji dan audiens pada saat seminar. Ngga butuh waktu lama untuk ngerevisi nya. Seminggu kemudian aku ketemu dospem (dosen pembimbing) sambil insiatif membawa daftar pertanyaan wawancara.  Berhubung penelitian aku adalah penelitian kualitatif, setidaknya aku sudah menyiapkan sekitar 25 pertanyaan untuk penelitian. Dospem pun menyetujui daftar pertanyaan dan mengarahkan aku untuk langsung segera melakukan penelitian. Penelitian aku ini sebenarnya bukan penelitian singkat karena mengambil metode fenomenologi dimana aku yang bertindak sebagai peneliti harus bisa menempatkan diri untuk bisa menelusuri secara mendalam, motif, maksud dan tujuan tertentu seseorang terhadap objek penelitian yang aku teliti ini. Nanti deh di postingan berikutnya, aku akan cerita tentang apa sih yang jadi penelitian tesis aku. (semoga ga lupa lagi soalnya udah pernah bilang begini juga. Hihihi).

Nah kurang lebih sekitar 3 bulan aku terjun ke lapangan mewawancarai para informan (sebutan untuk orang yang diteliti). Kebetulan aku harus mewawancarai 10 informan dengan latar belakang dan pekerjaan yang berbeda-beda dimana pastinya aku harus ikutin jadwal mereka bahkan sebenarnya dospem minta aku untuk mengamati lingkungan tempat tinggal mereka. Makanya ada beberapa informan yang aku wawancarai di rumah nya. Alhamdulillah proses wawancara nya lancar walaupun pastinya ada kerikil-kerikil kecil di tengah jalan. Kadang terkendala di jarak tempat bertemu untuk wawancara. Maklum lah ya..jakarta kalo dilihat dari peta emang kecil tapi akan terasa jauh saat kita naik kendaraan umum atau mobil pribadi yang ujung-ujungnya terjebak macet sana-sini. Lalu setelah semua data terkumpul, dimulailah proses pembahasan dimana harus dikaitkan dengan teori yang ada serta jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Ngga nyangka juga aku bisa ngerjain tesis yang agak tebal itu. Mana ngerjain nya sampe begadang karena deadline dari dospem pula. Tapi Alhamdulillah dari awal bersyukur karena dapat dospem yang baik nya luar biasaaa. Beliau sangat memudahkan aku hingga akhirnya bisa sidang meja hijau pada bulan Juni 2017.

Waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan yaitu tanggal 7 Juni 2017 aku maju sidang meja hijau untuk kedua kalinya. Sama seperti S1, penguji ada 3 orang. Jadi kita tuh berhadap-hadapan langsung lalu hanya diberi waktu 10 menit untuk memaparkan isi dan hasil penelitian. Dag dig dug. Dag dig dug. Jantung serasa mau copot saat aku selesai presentasi dan tiba giliran para penguji untuk bertanya. Dari semua nya, emang penguji ahli yang bakal nanya paling banyak. Dan emang bener ternyata aku lumayan banyak dapat revisi dari si Ibu penguji ahli. Untungnya penguji lainnya cuma ngasih masukan doang. Sehingga yang tadinya mau pingsan, akhirnya ga jadi (dramaaa!!). Setelah itu, aku disuruh untuk menunggu di luar ruangan karena para penguji akan berdiskusi untuk menentukan apakah aku lulus atau tidak. Sebenarnya kejadian ini ga jauh beda ama kejadian pas sidang meja hijau S1 tahun 2014 silam. Teman-teman yang nunggu selama sidang pun juga ikut deg-degan. Waktu itu ada mamih Nurul, Yesi, Kiki dan juga Nuke yang juga sidang pada saat itu. Selang 5 menit kemudian, aku dipanggil masuk. Perasaan mulai campur aduk pas ngeliat wajah para penguji dengan raut serius. Lalu Bapak Ketua Sidang pun berkata : " Annisa, berdasarkan hasil sidang tesis ini, banyak sekali hal-hal yang tidak sinkron dalam penelitian kamu. Lalu Ibu penguji ahli pun menambahkan kata-kata yang seolah-olah tesis ini belum layak. Kemudian bapak ketua melanjutkan  .."mohon maaf sekali, kamu kami nyatakan tidaak........" Serrrrrrrr seketika darah langsung mengalir ke kepala, air mata udah mulai numpuk dan menunggu untuk keluar Tapi tiba2.... "kamu kami nyatakan tidak akan menjadi mahasiswa lagi di Pascasarjana Ilmu Komunikasi Mercu Buana".. Dan akhirnya air mata itupun mengucur. Si Ibu penguji ahli kaget dan memeluk sambil mengusap kepala. Mungkin si Ibu ngerasa bersalah juga kali yaa..puasa-puasa bikin nangis anak orang. Hahahah.

Alhamdulillah...akhirnya aku lulus sidang meja hijau untuk kedua kalinya. Pas keluar dari ruang sidang, udah di sambut dengan pelukan-pelukan dari teman-teman yang nunggu. Sebuket bunga pun di dapat dari mamih Nurul. Thanks mamih :* Lalu aku langsung telpon ayah ibu untuk mengabari berita bahagia ini. Senang campur haru mendengar suara orang tua yang jauh disana disaat moment seperti ini. Terus tiba-tiba ingat revisi yang banyak. Eng ing eng...... Kalo ga salah sekitar 3 minggu aku lewati dalam proses revisi ini. Apalagi revisinya berkali- kali dan harus konsultasi langsung dengan penguji ahli bukan dospem kita. Kalo di S1 dulu kan revisi abis sidang ama dospem yaa.. Nah Ibu penguji ahli aku ini orang nya perfeksionis. Bahkan titik koma dan tabel pun harus sempurna. Sampai-sampai waktu itu ngejar waktu karena si ibu mau ke London, hari itu juga tesis aku harus final sampai harus menggunakan komputer dan printer di ruangan lembaga penelitian kampus. Thanks to pegawai-pegawai di lembaga penelitian kampus. Oke! Revisi selesai. Lalu mulai lah berburu tanda tangan. Ngejar para penguji dan dospem kesana kemari. Kemudian ngeprint final tesis sampe hampir 700 lembar hingga akhirnya di hardcover. Nah ini bagian paling 'drama' nya yaitu saat mau minta tanda tangan direktur pascasarjana yang membutuhkan 3 minggu lama nya. Hanya Allah yang Tahu lah kalo soal kenapa bisa begitu. Sehingga akhirnya aku ngga sempat ikut wisuda yang bulan Juli. Tapi yasudahlah. Kalo ngga gitu kan mana ada seru-serunya. Kadang dalam hidup, kita emang membutuhkan bumbu-bumbu pelengkap biar ngerasain hidup dengan bermacam-macam rasa.

Setelah semua nya rampung, akhirnya bisa juga daftar wisuda untuk bulan November. Aku mengikuti segala proses administrasi yang ada dan proses nya pun cepat karena di bantu ama teman-teman yang udah diwisuda duluan. Pas udah dapat nomer urut dan saat itu dijadwalkan wisuda tanggal 8 November, aku langsung pesan tiket pulang ke Medan. Karena emang masih lama juga wisuda nya pada saat itu. Sekitar 3 bulanan di Medan, tiba-tiba dapat email dari BAA Mercu Buana yang bilang kalo wisuda di undur menjadi tanggal 29 November. Jujur langsung speechless karena udah keburu pesan tiket untuk tanggal 4 November (4 hari sebelum jadwal wisuda awal) dan udah pesan kamar hotel yang dekat dengan gedung wisuda. Mana semua nya ga bisa di batalin pula. Yah akhirnya aku, ayah dan ibu tetap berangkat di tanggal 4 November itu dan juga terpaksa nginap di hotel yang sudah tidak bisa di refund. Ambil hikmah nya aja cha! Memang sepertinya Allah punya rencana lain untuk aku. And here I am! Menunggu tanggal 29 November sambil menjaga pola makan (baca postingan sebelumnya ya) :)

Sekian dulu cerita tentang proses sidang hingga daftar wisuda yang penuh drama ini. Semoga masih terus semangat nulis dengan cerita-cerita hidup aku lainnya..

See you :)

Alhamdulillah.....

Akhirnya digerakkan lagi ama hati dan jiwa raga ini untuk buka laptop dan mulai nulis lagi. Terakhir kali nulis blog kapan ya? Hmmm (mencoba mengingat-ingat) Mungkin saking lama nya, sampai berjamur nih blog nya. Mungkin kata "sibuk" tidak bisa dijadikan alasan lagi. Tapi emang bener sih. Aku nya lagi sibuk membenahi diri from head to toe. Setelah selesai sidang meja hijau S2 beberapa waktu yang lalu, aku akhirnya memutuskan balik lagi ke Medan. Memulai semuanya dari awal. Mulai dari merubah fisik dalam artian ngurusin badan, mulai cari pekerjaan, mulai memperbaiki diri, dan mulai mencari jodoh. Lhoooo :-p

Tadi nya sebelum tulisan ini, aku mau cerita soal proses sidang meja hijau S2 di Pascasarjana Komunikasi Mercu Buana Jakarta hingga sampai ke proses daftar wisuda. Tapi nanti aja deh aku ceritain di tulisan berikutnya (semoga aja lagi dateng rajin nulisnya). Oia, sekarang ini aku lagi nunggu hari menuju wisuda tepatnya tanggal 29 November 2017 di ICE BSD City. Jadi, aku otomatis lagi di Ciputat nih. Udah seminggu lebih lah disini. Tapi... menuju wisuda ini lagi nyiksa aku banget. Biar baju kebaya nya agak longgaran dikit, aku lagi jaga makan. Kenapa heboh banget sih ca dengan baju kebaya itu?

Jadi, itu baju kebaya pernah aku pakai tahun 2015 pas nikahan abang aku di Medan. Itu tuh pada masa dimana badan ku lagi rada kurus karena nge-gym 8 bulan yang membuat berat badan aku turun kurang lebih 20 kg. Kalo di pikir-pikir dari pada beli baju baru atau jahit kebaya lagi, mending di budidayakan aja kebaya yang lama. Kan kita wisuda bukan untuk pamer kebaya yakan? Nah, itu kebaya terakhir kali aku pakai beberapa hari yang lalu ternyata Alhamdulillah udah muat. Eh "udah muat"? Maksudnya apa ca????

Penampakan kebaya 2015 yang sedang di bicarakan

Well, selama 2 tahun di Jakarta, aku mengalami gejolak perubahan yang luar biasa signifikan terutama secara fisik. Udah tahu lah ya apa maksudnya. Pola makan yang seolah-olah menunjukkan rasa tak berdosa sama sekali inilah yang menimbulkan gejolak itu. Jadi, pas selesai sidang, aku pulang ke Medan. Nah di Medan inilah aku mulai lagi nge gym dan dari 3 bulan itu Alhamdulillah turun 7 kg sehingga akhirnya baju kebaya yang tadi itu muat lagi tapi karena masih rada nyesek, makanya aku coba jaga makan lagi di Ciputat ini sampai nanti hari H wisuda. Sebenarnya bukan masalah harus pakai kebaya itu atau gimana, pakai baju gamis pun aku mah ayo ayo aja. Tapi ini soal proses dan dedikasi tinggi terhadap biaya beli kain dan biaya upah jahit yang dikeluarkan Ibu terhadap itu kebaya. Apalagi baru sekali pakai pula. Bahkan tadinya aku juga sempat mikir, bisa kali ya itu kebaya aku pakai pas nanti lamaran nikahan yang entah kapan itu. This is the power of calon emak-emak a.k.a belajar berhemat dan memaksimalkan segala potensi dari barang-barang terdahulu.

Cerita hari ini sampai disini dulu. Semoga bisa terus semangat nulis lagi. Dan semoga di sisa 14 hari ini bisa terus jaga makan dan itu kebaya bisa rada longgar. Kan ngga lucu pas duduk tiba-tiba jahitannya lepas -__-