Merantaulah Maka Kau Akan Tahu Indahnya Pulang

7:04:00 PM

Assalamu'alaikum..
Ada ngga diantara kalian yang saat ini sedang atau pernah merantau? Entah itu sekolah di luar kota/negeri, bekerja diluar kota/negeri atau hanya sekedar travelling bareng teman-teman? Lalu ada kah diantara kalian yang dari dulu sampai sekarang tinggal bersama orang tua, dari pagi sampai malam pasti liat orang tua, kesana kemari bareng orang tua, bahkan lebih banyak waktu kalian habiskan dengan orang tua dibanding dengan teman2 mu?

Aku mungkin satu diantara sekian ratus ribu manusia di dunia yang seperti itu dan pernah mengalami hal itu. Pertama kalinya aku pernah merantau adalah ketika tahun 2013. Saat itu aku yang tengah menempu studi S1, di wajibkan untuk magang dan terpilihlah stasiun Trans TV dimana akhirnya mengharuskan aku pergi ke Jakarta. Selama 3 bulan lebih aku rasakan gimana rasanya jauh dari orang tua. Ya! Setelah hampir 20 tahun aku ngga pernah pergi jauh tanpa mereka, disitu baru aku rasakan gimana enak dan ngga enaknya hidup jauh dari orang tua. Tapi dari situlah keinginan untuk merantau lagi muncul dan semakin menggebu (maklum masih kemarok). Lalu akhirnya pada tahun 2015, kembali ku rasakan pengalaman merantau. Kali ini ngga tanggung-tanggung. 2 tahun lebih aku jauh dari orang tua untuk tinggal di Ciputat karena aku yang kebetulan mengambil kuliah lagi di Magister Komunikasi Mercu Buana. Pergi kesana kemari sendiri. Kadang mau ke suatu tempat pun harus dari satu halte busway ke halte lainnya. Jalan berkilo-kilo meter jauhnya. Belum lagi berhemat demi memenuhi kebutuhan hidup. Berusaha nyari-nyari kerjaan walau akhirnya ngga dapat-dapat.


Sebagian anak-anak mungkin mengatakan ngga enak jauh dari orang tua karena hidup jadi lebih boros. Mau beli ini itu harus mikir makan buat besok. Kebutuhan lainnya yang biasanya dibeli orang tua, ini harus beli sendiri. Kadang mikir buat keinginan-keinginan kecil yang biasanya selalu dipenuhi orang tua. Berusaha hidup mandiri tapi tetap saja bayang-bayang enaknya semua hal dipenuhi orang tua itu lebih besar.

Ada juga sebagian anak-anak lainnya yang mengatakan keinginan merasakan kebebasan dalam segala hal tanpa pantauan orang tua merupakan alasan merantau. Seperti aku yang pernah merasakannya. Tapi itu cuma sebentar. Kenapa? Karena ada pikiran "Apakah alasan aku kuliah lagi di Jakarta adalah untuk jauh dari orang tua supaya lebih bebas?" Pertanyaan itu terus muncul di kepala ku. Tapi Tidak!!! Akhirnya aku sadari memang jauh dari orang tua itu engga enak! Kita memang berasa bebas. Bebas pergi kemana saja, bebas pulang malam, bebas makan apa aja yang kita mau. Tapi apa kata "bebas" itu mampu menutupi rasa betapa khawatir nya orang tua kita di sana, betapa rindu nya mereka dengan kita, betapa kesepiannya mereka tanpa kita? Memang orang tua tidak akan pernah ngomong langsung bagaimana perasaan mereka. Kita lah sebagai anak yang harus lebih memahami mereka. Kita Egois! Kalo kita hanya mau kebebasan tanpa memikirkan perasaan mereka.



Dan itulah yang akhirnya membuat aku dengan mantab memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Medan. Kesan pertama yang terlintas dikepala ku saat memutuskan balik ke Medan adalah "ah segitu doang mental mu cha?", "Manja banget sih! Harus dekat orang tua terus!", "Kapan mau mandirinya cha?" Ya! Kata-kata itu terus menghantui sampai detik ini.  Aku mencoba mengambil sisi positif nya. Mungkin itu hanya bagian dari rasa takut ku ketika balik ke Medan tapi tidak ada yang akan bisa ku lakukan. Takut akan menyusahkan orang tua lagi. Takut akan baliknya rasa tidak mandiri yang sudah ku tempa dalam-dalam sejak merantau dari 2015 silam.

Kemandirian seseorang tidak bisa dilihat dari seberapa bergantungnya ia terhadap orang tua nya. Kita semua, sampai mati pun akan terus bergantung pada kedua orang tua kita. Bahkan anak perempuan sekalipun. Walau saat sudah menikah, ia akan bergantung pada suaminya, tapi jangan pernah sedetikpun ia melupakan orang tua nya. Karena mau sekaya apapun kita, apa yang sudah orang tua berikan ngga akan bisa kita bayar dengan apapun!

Kalo ditanya, mau merantau lagi ngga cha? Dengan lantang akan ku jawab, TIDAK! Alhamdulillah udah bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang. Keterima jadi tenaga pengajar di tempat berguru, serumah dengan orang tua, dekat dengan sahabat-sahabat, dekat dengan surau, kerja part-time di toko nya Ibu, makan masakan Ibu, makan makanan Medan. Itu semua udah lebih dari cukup kok. Ngga berkah hidup kalo ngga ada Ridho orang tua. Ridho orang tua sama dengan Ridho Allah juga. InsyaAllah semuanya dimudahkan kalo kita pegang prinsip ini..




Ciputat, 26 November 2017


Icha

You Might Also Like

0 komentar